"PAHLAWAN?
Ya tentu saja mereka yang dengan gagah perkasa maju ke medan perang untuk membela kebenaran. Mereka
yang rela mengorbankan nyawa dan apa saja untuk membela bangsa dan
negara," kata seorang murid Abu Qubaisy, menjawab temannya yang bertanya
tentang pahlawan.
"Lalu bagaimana dengan mereka yang
tak pernah menginjak medan perang? Misalnya guru yang pahlawan pendidikan itu?
Apa Anda pikir gelar "pahlawan tanpa tanda jasa" yang diberikan
kepada guru itu cuma basa-basi?," tanya murid lain agak emosi.
"Sudah, sudah, jangan ribut. Kita
masih dalam suasana Lebaran," kata murid lain menengahi. Ketika kemudian
dia melihat Abu Qubaisy datang, sambil menunjuk ke arah sang mahaguru, murid
itu berkata, "Nah, itu Tuan Guru datang. Mari kita tanyakan masalah ini
kepada beliau."
"Ah, kalian ini bukan berusaha
menjadi pahlawan, malah meributkan definisi tentang pahlawan," kata Abu
Qubaisy seakan-akan bisa mendengar apa yang diperdebatkan para muridnya itu.
"Sesuai dengan gelarnya, pahlawan
berarti orang yang memiliki banyak pahala. Jadi, benar seperti yang dikatakan
teman kalian tadi, pahlawan bukan cuma mereka yang mengangkat senjata di medan
perang. Karena pahlawan bukan gelar monopoli siapapun juga," sambung sang
mahaguru membuat murid-muridnya mengangguk-angguk.
"Kalau hanya mereka yang punya
banyak pahala yang berhak disebut pahlawan, apakah itu bukan semacam monopoli
juga? Karena orang-orang yang seperti kami ini tak punya keberanian
dan kemampuan melakukan hal-hal yang mendatangkan banyak pahala," kata
murid lain dengan suara yang memantulkan kewaswasan yang amat sangat.
Mendengar
kekecilhatian muridnya yang satu itu Abu Qubaisy pun tersenyum.
"Banyak
cara gampang untuk cari pahala," kata guru besar itu masih dalam senyum.
"Ingatlah apa yang pernah disabdakan Rasulullah Saw. Sekali tempo beliau
berkata bahwa menyingkirkan duri dari jalanan adalah ibadah. Itu artinya
menghasilkan pahala.
Siapa
yang tak bisa menyingkirkan duri atau paku dari jalanan? Pada kesempatan yang
lain Rasulullah Saw bersabda bahwa memberi senyum kepada seseorang itu pahala.
Nah, siapa yang tidak bisa memberikan
senyum kepada seseorang? Jadi, orang bisa menuai pahala dengan
perbuatan-perbuatan kecil," kata Abu Qubaisy mengakhiri tuturnya.
0 komentar:
Posting Komentar