Panser kanon 90 mm (foto: Army Recognition) |
Setelah berhasil memukau publik dan jajaran TNI melalui kemunculan
produk panser Anoa, ternyata tak membuat Pindad cepat berpuas diri. Kini
industri senjata yang berpusat di Bandung ini justru kian getol menciptakan panser
yang kemampuannya tak lagi sebatas mengusung personel alias varian APC (Armoured Personnel Carrier), tetapi berlanjut dengan panser yang memiliki kemampuan mengusung
senjata kanon kaliber 90 mm.
Tujuan pembuatan panser kanon 90 mm—yang purwarupanya
muncul
pertama kali pada pameran
Indodefence 2008—ini tak lain sebagai wujud kelanjutan program pengembangan varian panser
Anoa yang sudah terlebih dulu dibuat Pindad seperti varian
ARV,
mortir, komando, recovery, logistik dan ambulan. Dengan
mengusung kanon kaliber 90 mm, varian ini sedari awal memang dirancang
sedemikian rupa untuk memenuhi
kebutuhan Batalyon Kavaleri sebagai
pemberi bantuan tembakan.
Tampilan depan panser kanon (foto: Beritahankam.blogspot.com) |
Kiat yang diambil Pindad untuk
menciptakan panser kanon ini adalah merombak “barang lama” yang sudah ada,
sehingga tak perlu mendesain panser kanon dari nol alias baru. Apalagi setelah
dikuasainya teknologi pembuatan panser oleh Pindad, makin memuluskan jalan
pembuatan panser kanon ini.
Tak percaya? Lihat saja bermodalkan
desain panser Anoa berpenggerak 6 roda (6X6), para insinyur Pindad menyulap
Anoa varian APC menjadi varian kanon. Sama halnya dengan Anoa varian APC yang
desainnya merujuk pada desain panser negara lain yaitu VAB (Vehicule de l'Avant Blinde) buatan Prancis, desain panser kanon ini konon kabarnya
juga merujuk ranpur lapis baja asing Black Fox 6X6 buatan Doosan, Korea
Selatan.
Jika dibedah lebih jauh, jeroan
panser kanon 90 mm ini tak beda jauh dengan panser Anoa varian APC. Untuk mesin
panser misalnya, masih menggunakan produk dari Renault, Prancis. Kemudian transmisi
dan sistem suspensi independen pada keenam rodanya juga sama dengan yang
diterapkan pada panser Anoa varian APC.
Perbedaan paling kentara baru bisa
dipergoki pada bagian atas bodi panser. Tak lagi terlihat “polos” seperti varian APC, panser satu ini justru tampil garang
dengan menempelnya sistem kubah senjata CSE-90 Mk III buatan CMI Defense, Belgia.
Kemampuan
Secara keseluruhan,
panser kanon berbobot 14 ton ini memiliki dimensi panjang 6 m, lebar 2,5 m, dan
tinggi 2,9 m. Bicara soal kemampuan, panser ini sanggup melaju hingga kecepatan maksimum 90 km/jam
dengan kemampuan jelajah sejauh 600 km. Kemampuan ini tak lepas dari dukungan
mesin Renault yang dicomot sebagai sumber tenaga. Maklumlah, mesin diesel enam silinder buatan Prancis ini mampu menghasilkan daya sebesar 320 HP (horse power)
atau setara 237 kilowatt.
Seolah tak ingin
melahirkan panser kanon kategori “cengeng”, Pindad juga menyematkan beragam
senjata ampuh untuk mendongkrak kesaktian sang panser. Sebagai senjata
pamungkas adalah kanon Cockerill kaliber 90 mm. Pemilihan Cockerill sendiri bukannya tanpa sebab.
Melihat kiprahnya selama ini, nama kanon Cockerill memang sudah tak asing lagi. Kanon ini sudah banyak diadopsi pabrikan
ranpur dunia, terutama untuk menjadi senjata andalan kendaraan tempur berbobot
7 ton keatas seperti pada panser Black Fox 6X6, V-150, dan tank Scorpion.
Kabarnya kanon kategori low pressure ini mampu menggasak berbagai
jenis sasaran darat hingga jarak 6 km, seperti rantis, truk militer, ranpur
hingga gedung persembunyian musuh. Kanon yang memiliki panjang
laras 3,248 m ini juga mampu menembakkan beragam jenis amunisi mulai dari HET,
HEAT-T hingga HESH-T.
Sama halnya dengan
panser Anoa varian APC, pada varian kanon ini terpasang senapan mesin
kaliber 7,62 mm pada kubah senjata
utama. Senjata pendukung yang berfungsi untuk menghajar pasukan infantri musuh ini
terpasang dalam posisi segaris (coaxial) dengan senjata utama. Tak ketinggalan
sebagai perlengkapan tambahan terdapat tabung pelontar granat asap kaliber 66
mm.
Untuk perangkat
komunikasi tidak ada perubahan berarti. Pindad sebagai pihak pabrikan masih
menyodorkan perangkat komunikasi seperti Intercom
set yang
berfungsi untuk komunikasi internal, VHF/FM
anti Jamming dan hopping, serta perangkat GPS (Global Positioning System).
Adapun sebagai special equipment untuk mendukung panser di medan pertempuran
diantaranya piranti penglihatan malam
(night vision gogle/NVG) dan Winch 6 ton. Khusus untuk NVG, dengan adanya
perangkat ini, membuat panser kanon mampu diajak berduel di medan tempur pada
malam hari.
Prototipe
Kedua
Pada bulan
Desember tahun lalu, Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin bersama Tim Komite Kebijakan
Industri Pertahanan (KKIP) sempat melakukan kunjungan kerja ke PT.
Pindad, Bandung. Kala itu Wamenhan
beserta rombongan lainnya sempat melihat prototipe terbaru panser kanon 90 mm.
BEE-90 (foto: Audrey) |
Nah, daripada
penasaran kita tunggu saja perkembangannya. Yang pasti, walau sampai saat ini masih
sebatas prototipe, tak tertutup kemungkinan panser kanon ini menjadi pelengkap
kehadiran panser Anoa yang sudah terlebih dulu memperkuat arsenal tempur TNI AD.
Singkat kata, “monster ” pengusung kanon kebanggaan Indonesia ini tak lama lagi akan ikut meramaikan
daftar alutsista lokal penjaga kedaulatan NKRI. (Yudi Supriyono)
Spesifikasi Panser Kanon 90 mm:
Produsen: PT Pindad
Panjang: 6 m
Lebar: 2,5 m
Tinggi: 2,9 m
Kecepatan maksimum: 90 km/jam
Daya jelajah: 600 km
Mesin: Renault Diesel Inline
6 Cylinder 320 HP Turbo Charger Intercooler dengan daya 320
HP
Berat total: 14 ton
Ground clearance: 40 cm
Persenjataan:
Senapan mesin coaxial kaliber 7,62 mm.
Turret CSE-90 MK-III dengan kanon Cockerill kaliber 90 mm buatan CMI Defense (Belgia)
http://www.aviasista.com/2012/03/panser-kanon-90-mm-monster-pengusung.html
http://www.aviasista.com/2012/03/panser-kanon-90-mm-monster-pengusung.html
0 komentar:
Posting Komentar